Temanggung, Kamis [30/01/2025] – Isra Mi’raj adalah perjalanan luar biasa yang dialami Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Dimulai dengan Isra, di mana beliau dibawa dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Kemudian dilanjutkan dengan Mi’raj, perjalanan menuju langit hingga mencapai Sidratul Muntaha, tempat beliau menerima perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT. Peristiwa ini bukan sekadar perjalanan fisik, tetapi juga bentuk kemuliaan dan keistimewaan yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Setiap muslimin hendaknya senantiasa mengingat peristiwa ini. MAN Temanggung yang sadar atas hal ini bekerja sama dengan UKIS Majlis Taklim Nahdlatut Thullab untuk membantu meningkatkan keimanan para siswa/i. Spiritual and Character Building dengan tema ‘Menguatkan Spiritualitas Islami dengan Refleksi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW’ menjadi upaya mewujudkan hal tersebut.

Shalat lima waktu adalah hasil dari perjalanan yang luar biasa ini dan juga menjadi tiang agama, menunjukkan bahwa kedudukan sangat penting dalam membangun keimanan dalam setiap manusia.

“Jangan sekali-kali meninggalkan shalat, ketika kamu sehat maupun kamu sakit, kapanpun dan di manapun. Shalat adalah tanggung jawabnya sendiri-sendiri,” jelas Ali Masyhar, S. Ag., M. S. I. dalam sambutannya.

Acara HBI kali ini, berisi ajakan untuk senantiasa meningkatkan keimanan dengan mendirikan shalat lima waktu dan menekankan pentingnya shalat dalam kehidupan manusia yang disertai risiko jika melalaikan shalat lima waktu.

KH. Hamam Rifqi, narasumber Spiritual and Character Building menegaskan kunci berkahnya kehidupan ada beberapa cara, yaitu :
* Jangan berani meninggalkan ngaji
* Jangan berani meninggalkan kerja
* Jangan berani meninggalkan shalat
meninggalkan shalat Shubuh akan kehilangan nur wajah, meninggalkan shalat Dzuhur akan kehilangan berkahnya rezeki, meninggalkan shalat Ashar membuat kita mudahnya terserang penyakit, meninggalkan shalat Maghrib berisiko tidak mendapatkan anak sholih-sholihah, dan merasa tidak nyaman ketika tidur bila meninggalkan shalat Isya.

Semoga refleksi Isra’ Mi’raj ini menguatkan keimanan dan kedisiplinan dalam shalat, menjadikannya sebagai kebutuhan, bukan sekadar kewajiban. Diharapkan pula nilai-nilai spiritual dan karakter Islami yang diperoleh dapat membentuk generasi berakhlak mulia, disiplin, dan penuh keberkahan.