Sejarah

Perpustakaan MAN Temanggung dirintis pertama kali oleh Yazid Yosa BA pada tahun 1980. Waktu itu beliau merupakan karyawan Tata Usaha di MAN Temanggung, tapi oleh kepala madrasah Moh Yusuf BA diberi tugas tambahan untuk mengelola perpustakaan

Dengan penuh kegigihan dan integritas yang tinggi, Yazid Yosa mendedikasikan tenaga dan pikirannya untuk merintis pengelolaan Perpustakaan MAN Temanggung disertai dengan dua petugas lainnya, yaitu Sri Pramonowati dan Chamidun BA. Setelah berjalan sekitar empat tahun, tepatnya pada tahun 1984, petugas perpustakaan diteruskan oleh Abu Yazid BA dan Diana.

Menurut penuturan Diana, sebagai pelaku sejarah, bahwa perpustakaan MAN Temanggung pada awalnya dikelola dengan sangat sederhana. “Waktu itu gedung perpustakaan terbuat dari papan atau kayu, bukan batu bata seperti sekarang. Sedangkan luas ruangannya hanya sekitar 4×5 m² dengan fasilitas dua lemari buku dan tiga papan. Setting ruangan berbentuk letter U, sedangkan meja karyawan hanya ada tiga, padahal petugasnya ada empat orang, sehingga saya dan bapak Abu Yazid sering bergantian mejanya. Karena waktu itu kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dua sesi, yakni pagi dan sore, maka terkadang saya masuk pagi kemudian pak Abu Yazid masuk sore atau sebaliknya”.

Secara berurutan, dari masa ke masa, perpustakaan sudah mengalami sembilan kali pergantian kepala seksi (Kasi), yakni Yazid Yosa BA, Chamidun BA, Drs. Agus Salam, Drs. Taswadi, Drs. Maksum, Drs. Amin Tasrohmad, Drs. Edi Oreanto, Dra. Mahmudah, dan yang sampai hari ini masih menjabat adalah Agnes Ariningtyas, M.Pd.

Setelah menempuh perjalanan panjang sekira 41 tahun, sejak tahun 1980 hingga 2021, Perpustakaan MAN Temanggung dengan pelan tapi pasti berbenah menuju perpustakaan yang semakin berkualitas dan mampu menciptakan budaya literasi bagi seluruh civitas akademika madrasah.

Di bawah kepemimpinan Agnes Ariningtyas, melalui pembenahan pengelolaan, sistem administrasi, pelayanan, penambahan koleksi bacaan dan sebagainya, pada tanggal 17 September tahun 2021 perpustakaan MAN Temanggung telah resmi beralih nama menjadi Perpustakaan Gibraltar MAN Temanggung dengan turunnya Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) dari Perpustkaan Nasional.

Nama Gibraltar merupakan ide dari Drs. H. Khoironi Hadi, M.Ed, yang merupakan kepala MAN Temanggung pada saat NPP Perpustakaan diajukan kepada Perpustakaan Nasional. Menurutnya, Gibraltar adalah sebuah wilayah yang dulu nama aslinya Jabal Thoriq pada saat Thoriq bin Ziyad melawati wilayah tersebut. Karena karomah dan energi positif Thoriq bin Ziyad, wilayah atau perkampungan yang dilewati seperti ada daya magis sehingga banyak penduduk yang memeluk Islam. Jadi Gibraltar dicanangkan sebagai nama perpustakaan dengan harapan dan doa agar memiliki energi positif dan daya magnetik bagi siapa saja untuk berduyun-duyun datang ke perpustakaan, sehingga akan tercerahkan ilmu dan pengetahuannya.

Perpustakaan yang selama ini oleh sebagian orang hanya dianggap sebagai gudang tumpukan buku, majalah, dan media cetak perlu menunjukkan eksistensi dan fungsi yang sebenarnya. Bahwa perpustakaan bukan sekedar tempat penyimpanan bahan bacaan, tapi sebuah institusi yang strategis bagi pengembangan literasi, peningkatan karya-karya ilmiah, pengembaraan pengetahuan, serta aktivitas penelitian. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan yang menyebutkan bahwa “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”.

Bertolak dari hal itu, Perpustakaan MAN Temanggung bertekad untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanannya. Selain upaya kuantitatif dengan membangun gedung yang representatif dan penambahan koleksi bacaan yang lebih banyak, tentu upaya kualitatif berupa peningkatan sistem pengelolaan dan pelayanan juga harus ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman. Maka perpustakaan Gibraltar juga sedang berproses menuju pengelolaan dan pelayanan dengan sistem digital.

Walaupun badai Covid-19 melanda, ikhtiar untuk memajukan Perpustakaan MAN Temanggung tidak terhalang. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan gedung perpustakaan yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga September tahun 2021. Gedung perpustakaan berukuran 8×36 (288 m²) yang sudah berdiri dengan tegak dan megah diharapkan bisa menjadi wahana peningkatan keilmuan bagi keluarga besar MAN Temanggung, terlebih untuk menciptakan budaya literasi bagi tenaga pendidik dan peserta didik.